Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Penyebar Demam Berdarah
Mengenal Nyamuk Penyebar Demam Berdarah - Dengue adalah penyakit virus serius yang ditularkan oleh gigitan nyamuk. Dengue terjadi dalam dua bentuk : demam berdarah atau demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD).
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah flu parah seperti penyakit yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa namun jarang menyebabkan kematian. DBD adalah bentuk yang lebih parah, kadang-kadang pendarahan dan terjadi shock, yang menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak. DBD merupakan infeksi yang sulit dibedakan dari penyakit demam berdarah yang lain. Penyakit ini mengakibatkan demam akut dan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini dapat dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Virus dengue adalah salah satu dari empat serotype virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.
DBD tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya virus tersebut akan ditularkan ke manusia melalui gigitan.
Setelah satu kali gigitan terhadap seseorang, nyamuk ini akan berulang kali mengigit orang lain dari seseorang yang mengandung virus dengue dapat dengan mudah dipindahkan ke orang lain, terutama orang yang tinggal dalam satu rumah.
Walaupun begitu, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Secara alamiah sebenarnya virus akan dilawan oleh antibodi tubuh.
Berikut keterangan lebih mendetail dari DBD agar kamu lebih mengenalnya.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes Aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa dan perkotaan.
Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, bergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangannya. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan memiliki rambut-rambut tebal pada antenanya. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Kalau diperhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk larva Aedes Aegypti. Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk, memiliki bentuk khusus pada sipon-nya. Sipon adalah alat pernafasan larva yang letaknya di bagian ekor. Sipon jentik Aedes Aegypti berukuran sedang dibandingkan dengan sipon jenis lain. Pupa larva ini juga sangat khas. Pupa Aedes Aegypti berbeda dengan pupa serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk justru aktif ke sana kemari ketika berbentuk pupa.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hari hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Kemampuan terbang nyamuk mencapai radius 100-200 meter. Oleh sebab itu, jika di suatu lingkungan terdapat pasien DBD, masyarakat yang berada pada radius 100-200 meter dari lokasi pasien harus waspada karena nyamuk dapat menyebabkan virus DBD dalam jangkauan tersebut.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, sehingga berulang kali menusukkan alat penghisap (proboscis-nya), namun tidak berhasil menghisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko penularan virus menjadi semakin besar.
Nyamuk Aedes Aegypti hidup di dataran rendah beriklim tropis sampai subtropis. Badan nyamuk relative lebih kecil dibandingkan dengan jenis-jenis nyamuk lain. Badan dan tungkainya berbintik belang-belang hitam putih. Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang teduh dan lembap, suka bersembunyi di bawah kerindangan pohon, ataupun pada pakaian yang tergantung dan berwarna gelap.
Selain itu, nyamuk jenis ini bersifat urban atau berada di area perkotaan, bertolak belakang denan Aedes albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk Aedes Aaegypti, seperti halnya kelompoknya (culicines) lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa kemudian larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selam 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes Aaegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang meledak sehingga kurang ketersediaan makanannya akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah.
Untuk mencegah berkembang biaknya larva nyamuk jenis ini, kaleng-kaleng bekas dan barang-barang lainnya yang berpotensi menampung air hujan di dalam tanah sebaiknya ditimbun, kemudian ember-ember atau bak mandi ditutup agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya. Khusus untuk bak mandi, sebaiknya dikuras sesering mungkin.
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah flu parah seperti penyakit yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa namun jarang menyebabkan kematian. DBD adalah bentuk yang lebih parah, kadang-kadang pendarahan dan terjadi shock, yang menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak. DBD merupakan infeksi yang sulit dibedakan dari penyakit demam berdarah yang lain. Penyakit ini mengakibatkan demam akut dan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini dapat dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Virus dengue adalah salah satu dari empat serotype virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.
DBD tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya virus tersebut akan ditularkan ke manusia melalui gigitan.
Setelah satu kali gigitan terhadap seseorang, nyamuk ini akan berulang kali mengigit orang lain dari seseorang yang mengandung virus dengue dapat dengan mudah dipindahkan ke orang lain, terutama orang yang tinggal dalam satu rumah.
Walaupun begitu, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Secara alamiah sebenarnya virus akan dilawan oleh antibodi tubuh.
Berikut keterangan lebih mendetail dari DBD agar kamu lebih mengenalnya.
1. Virus Penyebab DBD
Klasifikasi Virus Dengue
Group | Group IV ((+) ssRNA) |
---|---|
Famili | Flaviviridae |
Genus | Flavivirus |
Spesies | Dengue virus |
2. Nyamuk Aedes Aegypti sebagai Vektor Penyakit DBD
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes Aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes Aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa dan perkotaan.
Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Klasifikasi Ilmiah Nyamuk Aedes Aegypti
Kingdom | Animalia |
---|---|
Filum | Arthoropoda |
Kelas | Diptera |
Bangsa | Culicidae |
Genus | Aedes |
Spesies | Aedes Aegypti |
a. Ciri morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertical di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, bergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangannya. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan memiliki rambut-rambut tebal pada antenanya. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Kalau diperhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk larva Aedes Aegypti. Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk, memiliki bentuk khusus pada sipon-nya. Sipon adalah alat pernafasan larva yang letaknya di bagian ekor. Sipon jentik Aedes Aegypti berukuran sedang dibandingkan dengan sipon jenis lain. Pupa larva ini juga sangat khas. Pupa Aedes Aegypti berbeda dengan pupa serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk justru aktif ke sana kemari ketika berbentuk pupa.
b. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Oleh karena itu, nyamuk ini banyak ditemukan di bawah meja, bangku, kamar yang gelap, atau di balik baju-baju yang digantung. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hari hingga sore hari. Umumnya nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09.00-10.00) dan sore hari (pukul 16.00-17.00).Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hari hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Kemampuan terbang nyamuk mencapai radius 100-200 meter. Oleh sebab itu, jika di suatu lingkungan terdapat pasien DBD, masyarakat yang berada pada radius 100-200 meter dari lokasi pasien harus waspada karena nyamuk dapat menyebabkan virus DBD dalam jangkauan tersebut.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, sehingga berulang kali menusukkan alat penghisap (proboscis-nya), namun tidak berhasil menghisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko penularan virus menjadi semakin besar.
Nyamuk Aedes Aegypti hidup di dataran rendah beriklim tropis sampai subtropis. Badan nyamuk relative lebih kecil dibandingkan dengan jenis-jenis nyamuk lain. Badan dan tungkainya berbintik belang-belang hitam putih. Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang teduh dan lembap, suka bersembunyi di bawah kerindangan pohon, ataupun pada pakaian yang tergantung dan berwarna gelap.
Selain itu, nyamuk jenis ini bersifat urban atau berada di area perkotaan, bertolak belakang denan Aedes albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk Aedes Aaegypti, seperti halnya kelompoknya (culicines) lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa kemudian larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selam 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes Aaegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang meledak sehingga kurang ketersediaan makanannya akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah.
c. Habitat Larva Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti bertelur bukan pada air kotor atau air yang langsung bersentuhan dengan tanah, melainkan di dalam air tenang dan jernih. Air tenang dan jernih ini sering terdapat dalam vas bunga, drum, ember, ban bekas, kaleng bekas, dan barang-barang lainnya yang bisa menampung air hujan. Itulah sebabnya demam berdarah biasa mewabah di saat musim hujan.Untuk mencegah berkembang biaknya larva nyamuk jenis ini, kaleng-kaleng bekas dan barang-barang lainnya yang berpotensi menampung air hujan di dalam tanah sebaiknya ditimbun, kemudian ember-ember atau bak mandi ditutup agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya. Khusus untuk bak mandi, sebaiknya dikuras sesering mungkin.
0 Response to "Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Penyebar Demam Berdarah"
Posting Komentar