Ibu Hamil Hati-hati Jika Terkena Asma
Menurut hasil suatu penelitian diketahui bahwa 30% penderita asma berasal dari keluarga yang juga menderita asma. Namun tidak berarti bahwa anak-anak yang kedua orang tuanya tidak menderita asma dipastikan terbebas dari penyakit asma.
Diperkirakan sekitar4-7 % ibu hamil terserang penyakit asma dan terjadi komplikasi sebanyak 1 % dari kehamilan. Kondisi tersebut bila tidak segera di tangani dengan serius dapat berakibat fatal/kematian pada janin maupun ibunya. Namun bila sejak dini telah di antisipasi dan didukung dengan pola hidup sehat kehamilan maka proses kelahiran akan berjalan normal dan aman bagi ibu maupun bayinya. Jadi, tidak perlu khawatir secara berlebihan.
Hormon estrogen, progesteron, dan kartisol yang meningkat pada wanita hamil bisa dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh sehinggga ibu hamil lebih rentan terinfeksi batuk pilek, asma pun pun mudah menyerang/kambuh. Untuk menghindari serangan asma yang harus dilakukan adalah menghindari faktor pencetus serangan asma dan menghindari stres. Seperti diketahui bahwa kehamilan kerap kali mempengaruhi emosional yang mengarah menjadi stres dan pada akhirnya berpengaruh melemahnya sistem pertahanan tubuh ibu hamil.
Pada penderita asma akan terjadi penurunan keluar-masuknya oksigen dalam paru-paru. Pada wanita hamil serangan asma dapat berakibat fatal bagi bayi maupun ibunya bila tidak segera mendapat penanganan cepat dan tepat, karena dapat menyebabkan kekurangan O2 yang dikenal dengan istilah hypoxia.
Wanita hamil rentan mengalami kekurangan oksigen, kondisi tersebut juga akan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Kekurangan oksigen kronis pada janin dan ibu hamil dapat mengakibatkan pertumbuhan janin tehambat dan bila tidak secepatnya di tangani dapat mengakibatkan terjadinya pendarahan pada rahim yang menimbulkan kontraksi yang memicu terjadinya persalinan dini (premature), sedangkan pada kehamilan muda dapat mengakibatkan keguguran (abortus). Akibatnya yang paling buruk adalah kematian janin dalam kandungan.
Janin dalam kandungan lebih mudah kekurangan oksigen bila tidak segera diatasi dengan segera dan tercukupinya kebutuhan oksigen bagi ibu serta janin dalam kandungannya, memperbaiki sirkulasi oksigen pada sistem pernafasan dan menghilangkan penyempitan jalan nafas dengan cara menghilangkan inflamasinya serta meningkatkan sirkulasi darah antara ibu dan janin.
Janin dalam kandungan beresiko menderita asma akibat seorang ibu yang memiliki asma atopik.
Sebenarnya hal ini dapat dilakukan pencegahan oleh calon ibu sejak bayi masih dalam kandungan dan pada masa menyusui dengan melakukan berbagai upaya di antaranya :
• Pengaturan pola makan sehat dengan asupan gizi seimbang sebagai upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
• Menghindari makanan yang bersifat alergenik (pemicu alergi),
• Mengkonsumsi cukup zat besi dan selenium.
• Istirahat cukup.
• Menghindari pemicu stres (stressor).
Sistem kekebalan tubuh, penyakit infeksi yang diderita calon ibu sewaktu janin masih dalam kandungan, paparan polutan, iritan konsumsi makanan yang telah terpapar zat kimia (pengawet, penyedap dan pewarna) merupakan faktor penyebab anak yang dilahirkan menderita penyakit asma.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh tim peneliti University of Bristol yang di beri nama “Avon Longitudinal Study of Parent and Children” (ALSPAC) telah menganalisis 12.000 gigi susu anak-anak yang terdiri atas 250 anak mengidap asma dan 250 anak bebas asma.
Dari hasil studi tersebut dikemukakan bahwa bayi yang kekurangan zat besi dan selenium di dalam kandungan, akan beresiko menderita sesak nafas pada masa kanak-kanaknya dan bisa berkembang menjadi asma di usia remaja.
Seorang bayi dapat terpengaruh menderita asma dari ibunya saat janin masih dalam kandungan, namun jika bayi setelah dilahirkan tanpa asma maka untuk selanjutnya anak tidak akan terpengaruh lagi. Tidak berarti bahwa anak yang kedua orang tuanya tidak menderita asma dipastikan terbebas dari penyakit asma, “Asma dapat diturunkan bukan ditularkan”.
Menurut hasil suatu penelitian diketahui bahwa 30 % penderita asma berasal dari keluarga yang menderita asma. Belum diketahui faktor gen apa yang menyebabkan asma. Tetapi banyak sekali gen yang ikut berperan dalam terjadinya asma (polygen). Tetapi orang tua penderita asma memiliki kemungkinan 8-16 kali menurunkan penyakit tersebut dibandingkan orang tua yang tidak menderita asma.
Bagi para wanita penderita asma yang akan menikah atau telah menikah dan ingin memiliki keturunan, sebaiknya sebelum atau selama hamil memperhatikan dan menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini :
a. Lakukan pemeriksaan pranikah atau prenatal.
b. Calon ibu rutin berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan kebidanan.
c. Lakukan kontol secara teratur setelah mengetahui dirinya positif hamil.
d. Calon ibu sebaiknya menghindari mengkonsumsi makanan/minuman bersifat pemicu alergi tinggi yang menjadi pencetus serangan asma.
e. Menjaga kebugaran tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat dan berolahraga.
f. Hindari konsumsi makanan secara berlebihan, agar tidak timbul peningkatan berat badan berlebihan (kegemukan).
g. Menjauhi faktor pencetus asma sesuai dengan allergen pencetus masing-masing penderita misalnya berupa polutan, asap kendaraan, debu, kotoran tungau, dan sebagainya.
h. Mengidentifikasi faktor pencetus lain seperti infeksi saluran pernafasan, perubahan cuaca yang ekstrem dan emosi/fikiran.
i. Senantiasa memelihara kebersihan lingkungan dengan menghindari atau membatasi penggunaan karpet atau tirai, perabot rumah tangga yang berbulu, tumpukan buku, kertas tua untuk mencegah kotoran/debu menempel terlebih di kamar tidur pada penderita asma.
j. Anak yang lahir dari keluarga penderita asma atopik, sebaiknya menunda pemberian makanan yang bersifat alergi misalnya telur, susu sapi, sea food, kacang-kacangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di California pada 120 wanita hamil penderita yang teratur mengkontrol kehamilannya, hasil riset menunjukan bahwa 90% kasus tidak mengalami serangan asma selama kehamilan dan persalinan. Sedangkan 9,2 % persen hanya mengalami serangan ringan, sisanya 0,8 % (hanya 1 orang) terserang asma berat namun dapat diatasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan asma bukan halangan dan tidak membahayakan calon ibu penderita asma maupun anaknya selama dilakukan pengontrolan dengan teratur dan baik.
Asma dan Kehamilan
Kehamilan berhubungan erat dengan hormon estrogen dan hormon progesteron. Seiring meningkatnya usia kehamilan maka produksi kedua hormon tersebut pun akan mengalami peningkatan. Peningkatan hormon pregesteron akan mempengaruhi pusat pernafasan dan akan mengendorkan otot polos di sepanjang jalan nafas, kondisi tersebut mengakibatkan nafas penderita (wanita hamil) akan makin memburu atau tersengal-sengal.Diperkirakan sekitar4-7 % ibu hamil terserang penyakit asma dan terjadi komplikasi sebanyak 1 % dari kehamilan. Kondisi tersebut bila tidak segera di tangani dengan serius dapat berakibat fatal/kematian pada janin maupun ibunya. Namun bila sejak dini telah di antisipasi dan didukung dengan pola hidup sehat kehamilan maka proses kelahiran akan berjalan normal dan aman bagi ibu maupun bayinya. Jadi, tidak perlu khawatir secara berlebihan.
Hormon estrogen, progesteron, dan kartisol yang meningkat pada wanita hamil bisa dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh sehinggga ibu hamil lebih rentan terinfeksi batuk pilek, asma pun pun mudah menyerang/kambuh. Untuk menghindari serangan asma yang harus dilakukan adalah menghindari faktor pencetus serangan asma dan menghindari stres. Seperti diketahui bahwa kehamilan kerap kali mempengaruhi emosional yang mengarah menjadi stres dan pada akhirnya berpengaruh melemahnya sistem pertahanan tubuh ibu hamil.
Pada penderita asma akan terjadi penurunan keluar-masuknya oksigen dalam paru-paru. Pada wanita hamil serangan asma dapat berakibat fatal bagi bayi maupun ibunya bila tidak segera mendapat penanganan cepat dan tepat, karena dapat menyebabkan kekurangan O2 yang dikenal dengan istilah hypoxia.
Wanita hamil rentan mengalami kekurangan oksigen, kondisi tersebut juga akan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Kekurangan oksigen kronis pada janin dan ibu hamil dapat mengakibatkan pertumbuhan janin tehambat dan bila tidak secepatnya di tangani dapat mengakibatkan terjadinya pendarahan pada rahim yang menimbulkan kontraksi yang memicu terjadinya persalinan dini (premature), sedangkan pada kehamilan muda dapat mengakibatkan keguguran (abortus). Akibatnya yang paling buruk adalah kematian janin dalam kandungan.
Janin dalam kandungan lebih mudah kekurangan oksigen bila tidak segera diatasi dengan segera dan tercukupinya kebutuhan oksigen bagi ibu serta janin dalam kandungannya, memperbaiki sirkulasi oksigen pada sistem pernafasan dan menghilangkan penyempitan jalan nafas dengan cara menghilangkan inflamasinya serta meningkatkan sirkulasi darah antara ibu dan janin.
Janin dalam kandungan beresiko menderita asma akibat seorang ibu yang memiliki asma atopik.
Sebenarnya hal ini dapat dilakukan pencegahan oleh calon ibu sejak bayi masih dalam kandungan dan pada masa menyusui dengan melakukan berbagai upaya di antaranya :
• Pengaturan pola makan sehat dengan asupan gizi seimbang sebagai upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
• Menghindari makanan yang bersifat alergenik (pemicu alergi),
• Mengkonsumsi cukup zat besi dan selenium.
• Istirahat cukup.
• Menghindari pemicu stres (stressor).
Sistem kekebalan tubuh, penyakit infeksi yang diderita calon ibu sewaktu janin masih dalam kandungan, paparan polutan, iritan konsumsi makanan yang telah terpapar zat kimia (pengawet, penyedap dan pewarna) merupakan faktor penyebab anak yang dilahirkan menderita penyakit asma.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh tim peneliti University of Bristol yang di beri nama “Avon Longitudinal Study of Parent and Children” (ALSPAC) telah menganalisis 12.000 gigi susu anak-anak yang terdiri atas 250 anak mengidap asma dan 250 anak bebas asma.
Dari hasil studi tersebut dikemukakan bahwa bayi yang kekurangan zat besi dan selenium di dalam kandungan, akan beresiko menderita sesak nafas pada masa kanak-kanaknya dan bisa berkembang menjadi asma di usia remaja.
Seorang bayi dapat terpengaruh menderita asma dari ibunya saat janin masih dalam kandungan, namun jika bayi setelah dilahirkan tanpa asma maka untuk selanjutnya anak tidak akan terpengaruh lagi. Tidak berarti bahwa anak yang kedua orang tuanya tidak menderita asma dipastikan terbebas dari penyakit asma, “Asma dapat diturunkan bukan ditularkan”.
Menurut hasil suatu penelitian diketahui bahwa 30 % penderita asma berasal dari keluarga yang menderita asma. Belum diketahui faktor gen apa yang menyebabkan asma. Tetapi banyak sekali gen yang ikut berperan dalam terjadinya asma (polygen). Tetapi orang tua penderita asma memiliki kemungkinan 8-16 kali menurunkan penyakit tersebut dibandingkan orang tua yang tidak menderita asma.
Bagi para wanita penderita asma yang akan menikah atau telah menikah dan ingin memiliki keturunan, sebaiknya sebelum atau selama hamil memperhatikan dan menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini :
a. Lakukan pemeriksaan pranikah atau prenatal.
b. Calon ibu rutin berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan kebidanan.
c. Lakukan kontol secara teratur setelah mengetahui dirinya positif hamil.
d. Calon ibu sebaiknya menghindari mengkonsumsi makanan/minuman bersifat pemicu alergi tinggi yang menjadi pencetus serangan asma.
e. Menjaga kebugaran tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat dan berolahraga.
f. Hindari konsumsi makanan secara berlebihan, agar tidak timbul peningkatan berat badan berlebihan (kegemukan).
g. Menjauhi faktor pencetus asma sesuai dengan allergen pencetus masing-masing penderita misalnya berupa polutan, asap kendaraan, debu, kotoran tungau, dan sebagainya.
h. Mengidentifikasi faktor pencetus lain seperti infeksi saluran pernafasan, perubahan cuaca yang ekstrem dan emosi/fikiran.
i. Senantiasa memelihara kebersihan lingkungan dengan menghindari atau membatasi penggunaan karpet atau tirai, perabot rumah tangga yang berbulu, tumpukan buku, kertas tua untuk mencegah kotoran/debu menempel terlebih di kamar tidur pada penderita asma.
j. Anak yang lahir dari keluarga penderita asma atopik, sebaiknya menunda pemberian makanan yang bersifat alergi misalnya telur, susu sapi, sea food, kacang-kacangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di California pada 120 wanita hamil penderita yang teratur mengkontrol kehamilannya, hasil riset menunjukan bahwa 90% kasus tidak mengalami serangan asma selama kehamilan dan persalinan. Sedangkan 9,2 % persen hanya mengalami serangan ringan, sisanya 0,8 % (hanya 1 orang) terserang asma berat namun dapat diatasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan asma bukan halangan dan tidak membahayakan calon ibu penderita asma maupun anaknya selama dilakukan pengontrolan dengan teratur dan baik.
0 Response to "Ibu Hamil Hati-hati Jika Terkena Asma"
Posting Komentar